Hal mendasar yang membedakan sub-critical dan supercritical boiler adalah tekanan fluida yang digunakan. Pada grafik pressure vs temperature di bawah terlihat ada 2 titik merah yaitu triple point dan critical point. Critical point inilah yang menjadi pembeda antara kedua tipe boiler. Critical point adalah titik dimana antara fasa cair dan gas mulai tidak bisa dibedakan.
Grafik di bawah adalah model 3-D sebagai pembanding untuk melihat fasa suatu fluida secara keseluruhan.
Jika menggunakan grafik temperature vs entropy ( T-s ) maka critical point berada di ujung atas kurva garis merah, pertemuan antara garis saturated water (sisi kiri) dan saturated steam (sisi kanan).
Critical point untuk air adalah pada tekanan 217.75 atm dan temperatur 373.946 °C.
Pada sub-critical boiler proses pemanasan air menjadi steam akan mengikuti garis P3 pada grafik T-s di atas, sedangkan pada supercritical boiler maka proses pemanasan akan mengikuti grafik P4.
Pada garis P3 dan P4 terlihat perbedaan bahwa garis P4 tidak melalui area saturated water dan steam, artinya bahwa proses supercritical boiler tidak energi latent heat yang digunakan untuk memanaskan air. Hal ini menjadikan supercritical lebih efisien dalam konsumsi energi.
Latent heat yang dimaksud adalah energi yang dibutuhkan untuk mengubah air dari fasa cair ke fasa gas tanpa berakibat pada kenaikan temperatur.
Untuk mendapatkan kondisi supercritical maka boiler harus memiliki boiler feedwater pump yang mampu menghasilkan tekanan air di atas tekanan critical point.
Source :
- en.wikipedia.org/wiki/Phase_diagram
- www.myodesie.com
No comments:
Post a Comment